akhirnya hati ini berteriak
tuk mencari sebuah pembenaran
membenarkan apa yang terjadi, dan
mengambil hikmah atas waktu yang tlah berlalu.
aku bukan pujangga yang pandai mengolah aksara
lantas merayumu dengan berlarik-larik syair rayuan
hingga kau tergoda,terpedaya dalam pesona kata
memasrah bagai jiwa tersihir mantra peluruh sukma
sungguh engkau keliru,aku tak punya daya
bahkan menebus cintaku yang tergadaipun aku tak sanggup
karna ku bukan peramal yang pandai membaca isi hati
aku terlahir sbagai seorang pemimpi yang meyakini naluri
kini bibirku mengunci ,melipat rasa yang tersembunyi
cermin tak kan lagi sanggup memantulkan bayanganku
sekalipn engkau mengaisi sisa-sisa gambar yang terserak
kini wujudku adalah angin yang lepas dari genggaman jemari
melayang senyaman awan terbang bagai burung manyar
tak lagi tersentuh meski engkau mengeluh membanjir peluh
rasaku padamu lilin meluruh tersiram panas bara
hanyut melarung di pusaran arus yang mengumpar
melenyap tak berbekas bagai lukisan tak berkanvas .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar