Adikku,...
dalam do'a dan salam untukmu
diberlalunya setengah abad usiaku, kuingin...
kembali mengenangkan sebuah kaidah warisan orang tua kita
"bencilah kesalahannya, tapi jangan kau benci orangnya."
betulkah kita sudah mampu begitu?
pada saudara kita, pada keluarga kita?
pada kekasih , anak, istri, suami, yang kita cinta?
pada saat mereka terkhilaf dan terbutakan?
betulkah kemaafan kita telah tertakdir?
mengiringi takdir kesalahan mereka?
itulah yang harus kita perjuangkan
dalam tiap ukhuwah , sayang dan cinta
dalam tiap ikatan yang Allah jadi saksinya
dimana sebenarnya kita dan saudara2 adalah satu
hanya terpisah oleh raga,ruang dan waktu
dimana dalam tubuh kita mengalir darah yang sama
darah orang tua yg melahirkan, mengasuh dan membesarkan kita.
darah beliau mengalir ditubuhmu,ditubuhku,
dan ditubuh saudara2 kita yg lain
yang kita tau bahwa terhadap orang
beliau selalu mampu membenci luputnya
tapi tetap cinta dan sayang pada pelakunya
itulah sikap beliau yang selalu ku ingat
sikap yang selalu ingin ku terapkan pada diriku sendiri
dan kuingin sifat itu diterapkan juga pada diri saudara kita yg lain
karena tiap orang beriman tetaplah rembulan memiliki sisi kelam,
yang tak pernah ingin ditampakkannya pada siapapun
maka cukuplah bagi kita memandang sang bulan
pada sisi cantik yang menghadap ke bumi
tentu dengan tanpa kehilangan semangat
untuk selalu berbagi dan sesekali merasai
gelapnya sesal dan hangatnya nasehat
sebagaimana sang rembulan
yang harus menggerhanai matahari
kurindukan celoteh dan senyummu
menghiasi hari-harimu seperti dulu
juga saat saat kita tertawa bersama
berbagi cerita baik cerita suka maupun duka
tapi kini kurasakan menjadi begitu berbeda
sepertinya kau balut tangis dalam senyummu
walaupun aku tak mengerti
tentang apa yang sesungguhnya terjadi
mungkin sebutir kerikil menggangu langkah dan pandanganmu
percayalah...aku mbakyumu akan selalu dapat kau andalkan
semampu dan sekuatku melangkah
walau kini aku sudah berkeluarga
tapi sungguh sayangku padamu takkan berubah
senyum manisku tetap ku sunggingkan tuk
beri kekuatkan dalam menapaki harimu
dan memberi warna dalam sepimu.
Jadi, bangkitlah adikku,...
tegakkan kepalamu, busungkan dadamu
dan teruslah melangkah,...jangan menoleh pada
hal yang bisa menghentikan langkahmu.
kami kakak dan adikmu selalu ada di belakangmu.
Good Luck.****
Semua tertulis dari hati,
kudedikasikan untukmu
seorang adik yang begitu merindukan
kebersamaan dengan saudara-saudaranya
Sumpah, Aku bersyukur punya seorang adik sepertimu.
With Love
Your sister :Retno